A’udzubillahiminas syaitonirrojiim. Bismillaahirrohmaanirrohiim.
“Negara Arab Tak Rayakan Pesta Tahun Baru, begitu Detik dot com memberitakan. Mereka tidak merayakan malam pergantian tahun baru, pesta dibatalkan di sejumlah negara. Inilah salah satu sikap imbas dari agresi Israel atas Palestina.”
Islam tidaklah memperkenalkan hari raya-hari raya yang disambut dengan suka cita kecuali dua hari.. yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. ” Ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam datang datang ke Madinah, dalam keadaan penduduk Madinah memiliki dua hari besar yang mereka bergembira ria padanya, maka beliau bertanya : “Apakah dua hari ini?” maka mereka menjawab : “(Hari besar) yang kami biasa bergembira padanya pada masa jahiliyyah. Maka Rasulullâh shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Allah telah menggantikan dua hari tersebut dengan hari raya yang lebih baik, yaitu ‘Idul Adh-ha dan ‘Idul Fitri.“
Negara Arab, negara lain, penduduk Negara Indonesia yang beragama Islam, yang mengusung papan Islam dipundaknya, yang menjahitkan Islam di jantungnya, yang mendaftarkan Islam sebagai agama pada KTP nya, pada kartu identitasnya, lumrahlah sudah untuk sebaiknya mulai peduli ilmu dari Pencipta-nya ini. Mulai belajar menjalankan fitrah hatinya yang sudah dituntun oleh Sang Tempat Kita Kembali, yang telah diturunkan dan diajarkan oleh Junjungan kita Rasulullah – Orang yang kita ingin sekali berada di bawah keteknya di Padang Mahsyar :)
Menyikapi keadaan manusia di Palestina, manusia di atas bumi Allah ini, manusia di samping rumah kita, manusia di dalam rumah kita.. Apakah harus menunggu 200-300 kepala manusia Palestina dibom?! 200-300 nyawa saudara kita se-Iman direnggut?!
“ Kaum muslim adalah satu badan, jika ada satu anggota badan menderita sakit, seluruh badan akan demam dan menjadi tidak bisa tidur". (HR Bukhari Muslim)
Momen ‘tidak merayakan’ ini semoga menjadi langkah awal satu belahan dunia yang akan menjadi loncatan-loncatan besar di seluruh bulatan bumi ini. Pernah kah ditanyakan sebetulnya bagaimana cara menghentikannya? Stop.
Doa.. Tentu, itulah salah satu senjata. Ekonomi.. Bisa, itulah yang akan menghambat dan bisa menghentikan modal dana agresi nembak-nembakin manusia, ngebom-ngebom manusia. Perundingan? Gencatan senjata? Itu basi. ..Dah berapa kali perundingan dan gencatan senjata diterjang kembali oleh peluru dan bom bersama nyawa manusia? Nyawa orang tua, nyawa perempuan, nyawa anak kecil?
Produk-produk yang kita beli.. Barang-barang yang kita, keluarga kita, dan rumah kita konsumsi.. Sudah berapa tahun sehingga berapa banyak jumlahnya kita beli, akan memberikan laba kepada perusahaan yang sudah jelas-jelasnya milik negara pelaku agresi.. negara pelaku perang.. negara lainnya sekutu penembak manusia..
Kalau uang dari kita Rp 1 (satu rupiah) atau Rp 0,001 (satu per seribu rupiah) yang masuk jadi laba perusahaan dan negara itu digunakan untuk bikin peluru,, akumulasi untuk bikin bom,, apakah tidak kita jadinya pembunuh manusia, pembunuh saudara kita sendiri?
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarah pun niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarah pun niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Qs. Az-Zalzalah: 7-8).
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarah pun niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarah pun niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Qs. Az-Zalzalah: 7-8).
Apakah sudah pilih2 restoran tempat kita makan? Apakah sudah mulai cari barang pengganti, pengganti produk2 yang dijual perusahaan negara pelaku perang? Memang perlu belajar, dan perlu perjuangan. Beberapa orang sudah memulainya.
Yang sudah lalu bagaimana? Yang dulu pernah kita lakukan bagaimana? ..Biarlah Allah yang mengurusnya. “Orang-orang yang telah sampai kepadanya Larangan dari Tuhan-nya, lalu terus berhenti, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu, dan urusannya kepada Allah..” (Al-Baqarah: 275)
Yang penting mulai sekarang, dari diri sendiri aja dulu, mulai sedikit2.. Terus begitu.
Yang baik datangnya hanya dari Allah. Mari berlindung dari kealpaan, riya dan sombong, kejahatan syetan.
Herry Hasibuan
NB: Biasanya ditanya lagi, bagaimana nasib orang2 yang bekerja di perusahaan itu kalau produk dan barang-barangnya tidak dibeli.. bangkrut, pengangguran.. “..Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan Mengadakan baginya Jalan Keluar. Dan Memberinya Rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan Mencukupkan (Keperluan)nya. ..” (Ath-Thalaq: 2-3)
NB: Biasanya ditanya lagi, bagaimana nasib orang2 yang bekerja di perusahaan itu kalau produk dan barang-barangnya tidak dibeli.. bangkrut, pengangguran.. “..Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan Mengadakan baginya Jalan Keluar. Dan Memberinya Rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan Mencukupkan (Keperluan)nya. ..” (Ath-Thalaq: 2-3)
NB2: Kutipan terjemahan Al Quran di atas sulit dilihat sebagai tafsir, karena tidak dilakukan utuh menyeluruh. Sungguh demikian hanya kepositifan dan kemajuan yang diharapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar