Kamis, November 12, 2009

Pernikahan dan perahu keluarga


November ini, baru 2 tahun Saya dan Una, istri saya, meninggalkan garis start pernikahan, menaiki perahu keluarga, untuk mengarungi samudera kehidupan baru. Mengarungi samudera, koq kesannya berat banget ya? Yaa.. peran baru lah. Saya sih pengennya asik2 aja menjalaninya, ya InsyaAllah dengan adanya 2 Pegangan itu apa pun bisa dilakoni.
Dulu, waktu masih jadi rencana jadi istri.. Si Una itu diskusi sama saya, apa sih visi dan misi pernikahan nanti. Saya agak2 sadar dan meng –“iya juga ya..”, padahal tadinya cuma ngobrol, nanya kira2 akan ditanya apa aja sama bapak ibunya pada saat saya mengutarakan keinginan untuk dinikahkan dengan anaknya itu.. Inilah sisi serius lain, yang daripada menyegerakan kebaikan, menyegerakan sunnah Rasul, menyegerakan ibadah..
Waktu itu visinya adalah mencari Ridha Allah. Sedangkan misinya adalah membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah. Nggak langsung jadi tuh, Una yang waktu itu ilmu mengenai berkeluarganya sepertinya lebih tinggi dari saya beberapa kali memberikan masukan dan mengadakan perbaikan.

Emang sih ya, apa pun itu, kalau baru mau akan biasanya banyak teorinya. Satu orang teman saya bilang kalo menikah itu harus disegerakan, Sunnah Rasul, Rasulullah menikah sewaktu umur sekitar 25. Satu orang lagi kasih masukan agak bagus, bahwa dua orang yang dinikahkan bukanlah mencari kesamaan, tapi lebih cenderung menerima perbedaan dengan tetap memperbaiki jika ada yang salah. Saya yang waktu itu cuma “Let it flow”, cuma punya pegangan kalo (1) kita harus mensuritauladani Rasulullah, dan saya tau kalo (2) Allah Berfirman di dalam AlQuran bahwa orang yang tidak baik akan mengawini orang yang tidak baik, sedangkan orang yang baik adalah untuk orang yang baik juga (An Nuur). Saya lupa kapan saya benar2 menyadari kalo (3) jodoh itu sudah ada Tulisannya.. jadi ya sebetulnya tinggal jalanin aja, yang wajar2 aja.. Yang terakhir adalah (4) keinginan menikah, keinginan berkeluarga adalah sama halnya dengan keinginan terhadap hal-hal yang lain. Yang akan mewujudkan keinginan-keinginan tersebut adalah Sang Maha Punya, Allah. Jadi syarat standarnya adalah kita harus jadi orang yang layak menerima sesuatu, jadi orang yang pantas diberikan sesuatu. Kita harus mengkondisikan diri kita, mempersiapkan diri kita supaya layak menerimanya, supaya pantas dan siap menerimanya.
Kalau masih punya salah sama Allah, apakah Allah akan Wujudkan keinginan kita. Apalagi kalau masih sering melakukan kesalahan, apakah Allah akan Memberikan apa yang kita mau. Minta maaflah kepada-Nya dan jangan pernah dilakukan lagi, itu bisa jadi langkah pertama yang baik. Yang ke dua berkaitan dengan-Nya adalah perbaiki semua cara ibadah kepada-Nya, pastikan hubungan kita dengan-Nya sudah sesuai dengan juklaknya, sudah sesuai dengan prosedurnya yaitu Sunnah Rasulullah. Hablumminallah dan hablumminannas nya sama-sama diperbaiki. Maka perbaikan yang ke-3 adalah perbaikan hubungan dengan sesama manusia. Kadang kalo saya bingung punya salah sama siapa, yang saya lakukan cuma berdoa supaya punya kesempatan untuk minta maaf, ato setidaknya supaya orang yang saya salahi itu dihapuskan kesalahan2nya. Berdoa untuk kebaikannya. Sedekah, sedekah ini cukup dahsyat. Sedekah sangat berguna untuk memperbaiki hubungan kita kepada Allah sekaligus hubungan kita kepada sesama manusia. Sedekah itu menggugurkan kesalahan2, sedekah itu membantu manusia-manusia yang membutuhkannya.
HR. Al-Bukhari. “Wanita itu (menurut kebiasaan yang ada, pent.) dinikahi karena 4 perkara, bisa jadi karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang memiliki agama. Bila tidak, engkau celaka”. Perempuan pun biasa melihat laki2 berdasar 4 hal tersebut. Diluar pengetahuan kita kalo “jodoh itu Di Tangan Allah”, jadikanlah hadits di atas sebagai pegangan dalam usaha untuk mencarinya, karena bagaimana usaha pencariannya ini pun akan Dilihat oleh-Nya, Dinilai oleh-Nya. Dari ke4 perkara tersebut, wanita/pria langka yang memiliki ke4-4nya dengan kualitas yang baik, maka lebih umum, lebih banyak wanita/pria yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Biasanya yang dilihat dahulu adalah fisiknya.. normal lah ya, wajar. Yang matre (berapa pun kadarnya), akan ngelihat hartanya, kerjanya apa, di mana.. wajar juga koq. Dilihat juga keluarganya, dari mana asal-usulnya, keluarga yang bagaimana sih latar belakangnya, ini pun wajar dan normal saja. Tapi jika kita memilih salah satu faktor sebagai kelebihan yang menunjang pilihan kita, konsekuensinya adalah ada kemungkinan kita dapatkan faktor lain sebagai kelemahan yang mengikutinya. Saya (dan mudah2an kita semua) tidak mau lah menjadikan perkara agama (termasuk budi pekerti didalamnya) sebagai hal yang dilihat terakhir. Agama harusnya dilihat sebagai kelebihan pertama. Dengan hal ini, Insya Allah perahu pernikahan akan punya peta yang akurat, kompas yang asli, dan tujuan yang lebih hakiki. Dulu, (pada akhirnya) maunya saya, saya mau punya (calon) istri yang jilbabnya selebar dan sepanjang mungkin sebagai penilaian agamanya, dan punya kepintaran (IQ) yang dilihat dari sekolah dimana aja dia sebelum2nya, kuliahnya dimana. Satu hal lama yang tetap saya gunakan, orangnya harus nyambung sama saya, kudu nge-klik dan bisa diajak asik.
Sebetulnya kalo sudut pandangnya sudah sama, teorinya sudah sama, sudah seilmu sudah seperguruan, InsyaAllah pernikahan dan pembentukan keluarga akan berjalan dengan relatif lancar. Jadi untuk orang2 yang akan / sedang berlabuh dalam satu perahu yang sama, jika sudah punya tujuan yang sama, cara berlabuh yang sama maka InsyaAllah akan lancar-lancar saja. Dalam Islam, tujuan menikah dan berkeluarga tentu saja termaktub dalam tujuan hidup yaitu mencari Ridha Allah.
Menikah adalah salah satu urusan yang dahsyat, memulainya dengan Nama Allah merupakan akad, perjanjian yang sangat kuat artinya, sangat dalam maknanya. Bukan suatu kegembiraan yang hanya jadi lanjutan dari suatu interest. Bisa saja nantinya perahu menubruk karang, menyenggol perahu lain (nah loh?!), kapal oleng, kapal bocor, bisa saja nantinya terdampar di suatu pulau. Impian perjalanan yang indah menjadi kenyataan yang pahit. Semua penumpang harus tetap memegang janjinya, harus tetap berada di dalam perahunya, istri dan suami berada di sampingnya masing2. Semua tetap berpegangan. Itulah yang ingin Dilihat-Nya, itulah perjalanan pernikahan serta perahu keluarga yang ingin Dilihat Allah, akan Dicatat-Nya sebagai suatu kebaikan.
Apakah perahu keluarga kami berlabuh dengan mulus2 saja? Ya mudah2an aja, seperti kita semua, kan itu maunya setiap orang ya. Namanya juga perahu tentu tidak hanya menjalani air yang tenang. Kadang airnya beriak-riak kecil, kadang bergelombang menantang menaikkan adrenalin, dan mungkin saja akan ada ombak yang besar. Mungkin kita harus sering-sering melihat peta, tetap menggunakan kompas, dan mengatur semua awak serta penumpang yang ada. Banyak belajar dan menikmati pejalanan. ..Tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.. (Qs Luqman).

Yang laki-laki adalah pemimpin. Nakhoda dalam perahu, imam dalam keluarga. Semua orang berada dalam tanggung jawabnya, semua orang harus mau berada dalam komandonya. Ibu dalam keluarga adalah co-nakhoda, pendamping utama sang imam. Dialah orang ke-2 yang harus didengar juga omongannya. Anak2 adalah awak, penumpang yang harus dibawa hingga tujuan, yang harus dilatih juga agar kelak memiliki perahunya sendiri.
Penumpang keluarga kami baru satu orang, Xerre 14 bulan yang sudah mulai banyak belajarnya. Sekarang sudah bisa jalan ke sana ke mari, sudah mulai juga belajar bicara ini itu. Masih lucu lah untuk ukuran anak balita. Allah telah mengajarkan doa bagi yang mau menikah, bagi yang mau berkeluarga, bagi yang mau punya anak, bagi yang sudah menikah, dan yang sudah banyak anak. Al Anbiyaa’, Ash Shaaffaat, Ali ‘Imran, Al Furqaan.

Jika faktor agama digunakan oleh banyak orang untuk mencari jodoh dan pernikahan, faktor agama dijadikan alasan dalam membuat keturunan, faktor agama dijadikan pegangan dalam membentuk keluarga, dan selanjutnya dan seterusnya dan lainnya, maka akan sangat banyak orang yang berusaha meningkatkan kualitas kuantitas agamaya, Subhanallah ya..
Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. (Al Furqaan).
Semoga kami (dan juga kita semua tentunya) bisa istiqomah.. bisa membawa perahu rumah tangga ke tujuan pelayaran yang mulia. Mendapatkan Ridha Allah, berkumpul kelak di tempat yang tinggi nan mulia, surga.

Herry Hasibuan

griya madrasah

griya madrasah
race to get a rent housing

griya madrasah

griya madrasah
rent a beatiful housing 45.000/day